
Pada pembahasan sebelumnya, kami telah membahas cukup detail tentang apa itu cloud computing. Pembahasan meliputi definisi, karakteristik, hingga kelebihan cloud computing dibandingkan system IT tradisional yang On-Premise (yaitu sistem IT yang dibangun di data center milik sendiri).
Untuk lebih memahami Cloud
Computing, kali ini kita akan membahas contoh Cloud Computing dan jenis
layanan apa saja yang ada. Dari situ, kita akan dapat memutuskan jenis
yang mana yang mungkin di adopsi di organisasi ataupun bisnis yang kita
jalani.
Sedikit menyegarkan ingatan, cloud computing
adalah sebuah arsitektur IT di mana sumber daya komputasi tersedia
sebagai layanan yang dapat diakses melalui internet. Sumber daya
komputasi ini bisa berupa hardware (prosesor, memori, storage)
maupun juga software/aplikasi. Kata “Cloud” sendiri merupakan metafora
dari kata “internet”, karena biasanya di diagram-diagram IT, internet
sering disimbolkan dengan gambar Cloud.
Karena
layanan-layanan komputasi ini tersedia untuk diakses dari internet,
maka lokasi fisik dari server-server sumber daya komputasi ini bisa di
mana saja, tidak harus on-premise atau di data center kita sendiri. Saat ini ada beberapa vendor yang memberikan berbagai jenis layanan cloud computing, dan secara fisik sumber daya komputasi berada di data center mereka. Kita sebagai customer
cukup mengkonsumsi sumber daya komputasi tersebut melalui internet
tanpa tahu secara detail lokasi maupun server sumber daya komputasi yang
kita pergunakan.
Berikut
ini kita akan bahas satu persatu, jenis layanan Cloud Computing yang
ada, seperti yang ditunjukkan gambar 1. Kita mulai dari yang disebut
Software as a Service (SaaS), kemudian Platform as a Service (PaaS) dan
terakhir Infrastructure as a Service (IaaS).

Sebagai konsumen individual, kita sebenarnya sudah akrab dengan layanan cloud computing
melalui Yahoo Mail, Hotmail, Google Search, Bing, atau MSN Messenger.
Contoh lain yang cukup populer adalah Google Docs ataupun Microsoft
Office Web Applications yang merupakan aplikasi pengolah dokumen
berbasis internet.
Di
dunia bisnis, kita mungkin familiar dengan SalesForce.com atau
Microsoft CRM yang merupakan layanan aplikasi CRM. Di sini, perusahaan
tidak perlu setup hardware dan software CRM di server sendiri. Cukup berlangganan SalesForce.com maupun Microsoft CRM, kita bisa menggunakan aplikasi CRM kapan
dan dari mana saja melalui internet. Kita tidak perlu melakukan
investasi server maupun aplikasi. Kita juga akan selalu mendapat
aplikasi terbaru jika terjadi upgrade. Intinya, kita
benar-benar hanya tinggal menggunakan aplikasi tersebut. Pembayaran
biasanya dilakukan bulanan, dan sesuai jumlah pemakai aplikasi tersebut.
Dengan kata lain, pay as you go, pay per use, per seat.
Nah, semua layanan ini, dimana suatu aplikasi software tersedia dan bisa langsung dipakai oleh seorang pengguna, termasuk
ke dalam kategori Software as a Services (SaaS). Secara sederhana, kita
langsung mengkonsumsi layanan aplikasi yang ditawarkan.
Sering terjadi, suatu aplikasi software yang sifatnya package
tidak dapat memenuhi kebutuhan proses bisnis kita. Demikian pula dengan
SaaS, di mana aplikasi yang ditawarkan sebagai layanan tidak sesuai
dengan proses bisnis kita. Nah, pada skenario ini, kita dapat
menggunakan jenis layanan yang disebut Platform as a Service (PaaS).
Pada PaaS, kita membuat sendiri aplikasi software yang kita inginkan, termasuk skema database yang diperlukan. Skema itu kemudian kita pasang (deploy)
di server-server milik penyedia jada PaaS. Penyedia jasa PaaS sendiri
menyediakan layanan berupa platform, mulai dari mengatur server-server
mereka secara virtualisasi sehingga sudah menjadi cluster
sampai menyediakan sistem operasi di atasnya. Alhasil, kita sebagai
pengguna hanya perlu memasang aplikasi yang kita buat di atasnya.
Jika
kita adalah perusahaan pembuat software, PaaS juga memberi alternatif
lain. Alih-alih memasang software di server konsumen, kita bisa memasang
software tersebut di server milik penyedia layanan PaaS, lalu
menjualnya ke konsumen dalam bentuk langganan. Dengan kata lain, kita
membuat sebuah SaaS.
Singkatnya,
dengan PaaS, kita membangun aplikasi kita sendiri di atas layanan PaaS
tersebut. Adapun contoh vendor penyedia layanan Paas adalah Microsoft
Azure dan Amazon Web Services.
Ada
kasus ketika konfigurasi yang disediakan oleh penyedia PaaS tidak
sesuai dengan keinginan kita. Kita berniat menggunakan aplikasi yang
memerlukan konfigurasi server yang unik dan tidak dapat dipenuhi oleh
penyedia PaaS. Untuk keperluan seperti ini, kita dapat menggunakan
layanan cloud computing tipe Infrastructure as a Service (IaaS).
Pada IaaS, penyedia layanan hanya menyediakan sumber daya komputasi seperti prosesor, memori, dan storage
yang sudah tervirtualisasi. Akan tetapi, penyedia layanan tidak
memasang sistem operasi maupun aplikasi di atasnya. Pemilihan OS,
aplikasi, maupun konfigurasi lainnya sepenuhnya berada pada kendali
kita.
Jadi, layanan IaaS dapat dilihat sebagai proses migrasi server-server kita dari on-premise ke data center millik penyedia IaaS ini. Para vendor cloud computing lokal rata-rata menyediakan layanan model IaaS ini, dalam bentuk Virtual Private Server.
Perbedaan
SaaS, PaaS dan IaaS dapat dilihat dari sisi kendali atau tanggung jawab
yang dilakukan oleh vendor penyedia jasa layanan cloud maupun customer. Pada gambar 2, di situ dijelaskan stack (jenjang) teknologi komputasi dari Networking naik hingga ke Application. Di situ juga dijelaskan sampai di stack mana suatu vendor layanan cloud memberikan layanannya, dan mulai dari jenjang mana konsumen mulai memegang kendali dan bertanggung jawab penuh pada stack di atasnya.

Mulai dari kanan, pada SaaS, seluruh stack merupakan tanggung jawab penyedia layanan cloud. Konsumen benar-benar hanya mengkonsumsi aplikasi yang disediakan.
Pada PaaS, penyedia layanan cloud
bertanggung jawab mengelola Networking hingga Runtime. Konsumen
memiliki kendali dan bertanggung jawab membuat aplikasi dan juga skema database-nya.
Pada
IaaS, penyedia layanan Cloud bertanggung jawab untuk Networking hingga
Virtualization. Konsumen sudah mulai bertanggung jawab untuk Operating
System ke atas.
Sebagai perbandingan, di gambar juga ditunjukkan arsitektur tradisional on-premise (bukan cloud), alias semua ada di data center kita. Di sini kita bertanggung jawab untuk seluruh stack, dari Networking hingga Application.
Kesimpulannya, dengan cloud computing konsumen membebaskan diri dari tanggung jawab untuk mengelola stack sumber daya komputasi.
Levelnya
mulai dari SaaS ketika kita benar-benar bebas, PaaS ketika kita masih
harus membuat aplikasi, dan IaaS di mana kita juga masih harus sibuk
dengan Operating System.
Ini berbeda dengan On-Premise di mana kita harus mengurus semua sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar